Kamis, 19 April 2012

persiapan yang dibutuhkan dalam menghadapi persalinan


A. Pengertian
Persiapan persalinan adalah persiapan tindakan yang dibuat ibu,anggota keluarganya dan bidan. Dengan adanya persiapan persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu.

B. Tempat persalinan
Ø tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak tempuh dari rumah untuk memperkirakan waktu sampai ke rumah sakit.
Ø kalau perlu, lakukan tour kecil-kecilan ke tempat tersebut untuk melihat suasananya. Penting sekali bagi ibu untuk merasa nyaman bila melakukan persalinan di tempat itu.
Ø perhatikan kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu sehingga dapat mempersiapkan jalur alternatif untuk sampai ke tempat persalinan.
Ø prosedur masuk, fasilitas yang ada, biaya persalinan.
Ø lokasi kamar bersalin, agar dalam keadaan darurat mempercepat sampai ke tempat tujuan
Ø tempat plasenta (ari-ari) harus sudah direncanakan di mana plasenta akan diurus, apakah di rumah atau di tempat bersalin. Biasanya sudah disiapkan di tempat bersalin.
Tempat bersalin yang dapat digunakan antara lain rumah sakit, rumah bersalin, BPM (Bidan Praktek Mandiri), PKD (Poliklinik Kesehatan Desa), dan Puskesmas.
C. Penolong persalinan
Ditentukan oleh ibu hamil, nilai resiko kehamilan, jenis persalinan yang direncanakan.
Ø memilih tenaga kesehatan terlatih.
Ø bagaimana cara menghubungi tenaga kesehatan terlatih tersebut.
     Penolong persalinan antara lain bidan dan dokter spesialis kandungan.



D. Peralatan untuk ibu dan bayi
Barang-barang yang diperlukan ibu :
Ø Baju tidur.
     Bawalah baju tidur yang nyaman untuk dipakai, sebaiknya yang mempunyai kancing di bagian depan. Bawalah baju tidur dengan jumlah yang cukup.
Ø Satu set baju untuk ibu pulang dari rumah sakit.
     Ibu mungkin masih terlihat seperti hamil, karena butuh waktu untuk tubuh kembali ke bentuk semula. Untuk itu bawalah baju yang nyaman, dan tidak sempit.
Ø Alas kaki.
     Untuk menjaga kaki tetap hangat.
Ø Pakaian dalam.
Ø Pembalut wanita khusus untuk ibu bersalin.
Ø Gurita atau korset untuk ibu bersalin.
Ø Handuk.
Ø Perlengkapan mandi.

Keperluan untuk bayi :
Biasanya keperluan bayi akan disediakan oleh rumah sakit. Ibu cukup menyediakan
            persiapan untuk pulang dari rumah sakit.
Ø Popok.
Ø Baju bayi.
Ø Selimut.
Ø Kaos kaki dan tangan.
Ø Gurita bayi.
Ø Bedongan bayi.
Ø Perlak.

E.      Transportasi untuk mempermudah persalinan jika terjadi kegawat daruratan
          Transportasi dapat menggunakan kendaraan pribadi. Bila tidak punya kendaraan pribadi, pastikan ibu atau keluarga sudah menganggarkan untuk transportasi pada saat persalinan (sewa mobil, taksi, atau ambulans). Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini sebelum persalinan dan harus terdiri dari elemen-elemen dibawah ini:
·Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit).
·Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi kegawat daruratan.
·Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk.

F.      Penanggung jawab atau pendamping persalinan
·      Dukungan pendampingan persalinan, dibagi menjadi :
a.    Dukungan fisik adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung yang diberikan oleh keluarga atau suami kepada ibu bersalin.
b.    Dukungan emosional adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan oleh suami, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan.
·      Pertimbangan dalam memilih pendamping
Ibu mengetahui dan mempersiapkan siapa yang akan mendampinginya dalam proses persalinan dan harus dipastikan. Sebaiknya suami, tapi kalau karena suatu hal suami tidak mungkin berada di sisi Ibu, atau memang Ibu ingin ada orang lain selain suami, mungkin orangtua, adik, kakak, dan  teman bisa dipilih. Siapapun orangnya, pilih yang Ibu percaya dan mampu memberi dukungan saat menjalani proses persalinan serata bisa menyamankan kondisi ibu. Mereka harus berani melihat Ibu kesakitan. Lebih baik lagi kalau mereka memahami rencana persalinan Ibu dan mampu mengambil keputusan jika ada hal yang tidak sesuai rencana. Jangan lupa, beritahukan tanggal perkiraan persalinan, supaya mereka bisa cuti atau izin dari pekerjaannya untuk mendampingi Ibu.
Diharapkan ibu tinggal konsentrasi pada persalinan saja. Urusan lain, agar suami yang mengambil alih. Jadi, Ibu tidak stress memikirkan ini dan itu. Ibu hamil dengan tingkat stress rendah, lebih memungkinkan melakukan persalinan alami. Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada sistem limbic ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi hormon oksitosin yang reaksinya akan menyebabkan kontraktilitas uterus pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi.
·      Yang harus dilakukan oleh pendamping
Orang yang Ibu minta mendampingi Ibu saat persalinan,  punya tanggung jawab besar. Ia harus siap mental dan fisik untuk menghadapi saat persalinan, sama seperti Ibu. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pendamping ibu:
ü Setidaknya ia harus sudah mengikuti kelas prenatal.
ü Memahami rencana persalinan Ibu
ü Bisa membantu memijat punggung Ibu untuk membuat ibu nyaman.
Diketahui bahwa ibu-ibu yang mendapatkan massase dan pendampingan mengalami penurunan kejadian depresi, kecemasan dan nyeri serta perasaan yang positif. Pada kondisi ini ibu yang mendapatkan sentuhan berdampak signifikan terhadap lama persalinan lebih pendek (yaitu 8 jam dibandingkan dengan ibu yang persalinannya tidak didampingi waktu persalinannya 11  jam), menurunkan angka kejadian persalinan dengan tindakan, memperpendek waktu perawatan di RS dan mengurangi kejadian depresi post partum..
ü Membuat rencana pembuatan keputusan jika terjadi kegawat daruratan pada saat pembuat keputusan utama tidak ada.
Ø siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga.
Ø siapa yang akan membuat keputusan jika si pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawat daruratan.
·      Peran pendamping:
a.       Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai dengan keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini agar dapat mengedan secara efektif saat relaksasi.
b.      Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas saat kontraksi dan beristirahat saat relaksasi.
c.       Memberikan asuhan tubuh dengan menghapuskan keringat ibu, memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan lembut.
d.      Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
e.       Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
f.       Membantu ibu ke kamar mandi
g.      Memberikan cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu.
h.      Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.
i.        Memberi dorongan semangat mengejan saat kontraksi serta memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengejan.


G. Uang / biaya
Keluarga seharusnya dianjurkan untuk mempersiapkan sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawat daruratan. Banyak sekali kasus, dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena mereka tidak mempunyai dana yang diperlukan.
Persalinan normal umumnya membutuhkan biaya yang relatif ringan. Namun, bila persalinan diperkirakan harus dilakukan dengan tindakan operatif, maka persiapan dana yang lumayan besar harus segera dilakukan. Untuk mengetahui apakah nanti akan dilakukan sesar, pasangan harus selalu berkonsultasi ke dokter. Lewat konsultasi ini diharapkan, segala kemungkinan yang bakal terjadi bisa lebih dicermati. Bila diperkirakan lahir dengan sesar, pasangan tentunya sudah mempersiapkan dananya sejak jauh hari. Bila dana sudah terkumpul, otomatis beban mental suami juga bisa lebih teratasi.
Sumber biaya persalinan dapat dari beberapa sumber misalnya :
-       Tempat Kerja
Perlu diperhatikan jika memang biaya persalinan ditanggung oleh instansi kerja yaitu biaya meliputi semua atau hanya ditanggung sebagian. Dengan begitu ibu dan keluarga bisa memperkirakan berapa biaya yang mesti disiapkan untuk perawatan persalinan. Kalau perlu periksa juga apakah penggantian tersebut juga mengganti biaya-biaya yang ibu keluarkan untuk kunjungan ke dokter kandungan.

-    Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin)
Ibu dan suami harus menyiapkan dana persalinan itu. Ada dua cara menabung yang bisa digunakan. Yang pertama adalah dengan menabung secara rutin setiap bulan. Yang kedua adalah dengan menabung sekali saja. Cara kedua bisa digunakan kalau pada saat itu ibu dan suami sudah memiliki sejumlah dana yang bisa dimanfaatkan.
Tempat menabung juga harus diperhatikan.  Hanya ada dua produk investasi yang disarankan: yang pertama adalah tabungan. Ini karena tabungan tidak akan berkurang nilai nominalnya dan bisa diambil sewaktu-waktu. Bila dilakukan investasi sekali saja, maka ibu mungkin bisa memasukkan uang ke alternatif investasi yang kedua, yaitu deposito. Dipilih deposito dengan jangka waktu yang pendek-pendek saja, seperti deposito berjangka waktu satu bulan. Dengan demikian, setiap satu bulan sekali ibu bisa mengevaluasi apakah akan tetap menaruh uang di deposito itu, atau mengambilnya apabila diperlukan.
Tidak hanya biaya persalinan yang perlu disiapkan. Penting juga agar mempersiapkan dana untuk segala macam keperluan bayi selama beberapa bulan pertama seperti sabun, bedak, baby oil, sampo, pakaian dan lain-lainnya. Sedangkan untuk biaya kebutuhan biaya sehari-hari seperti susu dan makanan bayi, sebaiknya dimasukkan dalam anggaran belanja bulanan sehari-hari.
-       Asuransi Jiwa atau Asuransi Kesehatan
Bila suami ibu adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga, sarankan ia untuk segera memiliki asuransi jiwa. Santunan asuransi jiwa bisa digunakan untuk membayar pengeluaran keluarga akibat meninggalnya si pencari nafkah. Dan yang terpenting, santunan asuransi jiwa juga bisa mengganti pembayaran biaya persalinan dan segala macam pengeluaran untuk keperluan bayi nanti.
 H. Pendonor darah
Donor danah tidak kalah penting untuk dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum persalinan. Ini dilakukan untuk antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan. Pendonor darah bisa dari keluarga terdekat atau pun orang lain seperti tetangga. Selain itu, dapat juga memanfaatkan donor darah di desa atau kelurahan yang sudah terbentuk kelompok donor darah sukarela. Dan ditekankan pula bahwa pendonor darah harus mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu.

promosi kesehatan ( pendekatan edukasional dalam promosi kesehatan )


A.    PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :
“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “. (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai berikut :
“ Health promotion is programs are design to bring about “change”within people, organization, communities, and their environment ”.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi.


B.     PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
Beraneka model promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan adalah alat analisis yang berguna, yang dapat membantu memperjelas tujuan dan nilai promosi kesehatan. Terdapat lima pendekatan bagi promosi kesehatan yang menunjukkan nilai yang melekat pada masing-masing pendekatan tersebut, yang terdiri dari :
1.      Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi, kanker dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan intervensi kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan menggunakan metode persuasif maupun paternalistik sebagai contoh, memberitahu orangtua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening tekanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medik, dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2.      Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuannya adalah merubah sikap dan perilaku individual masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup sehat (sebagaimana didefinisikan oleh petugas kesehatan atau organisasi yang mempekerjakan petugas kesehatan). Contoh-contoh termasuk mengajari orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minumn beralkohol, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik, dan seterusnya. Orang-orang yang menerapakan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab merekan untuk mendorong sebanyak mungkin orang guna mengadopsi gaya hidup sehat yang mereka anjurkan.
3.      Pendekatan Educational
Tujuannya adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan, dan membuat mungkin keputusan ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan, dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktik kesehatan baru dapat pula ditawarkan. Program pendidikan kesehatan sekolah misalnya, menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. Orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi proses pendidikan, akan menghargai hak individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka menngangkat bersama mereka persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
4.      Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuannya adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang mereka ketahui dal lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan pilihan mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai sentral dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi, dan siapa yang mempunyai hak absolut untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.
5.      Pendekatan Perubahan Sosietal
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik, sosial dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Pusatnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-orang 7yang menerapakan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.

pengertian masa nifas ( askeb ibu nifas )

A.    Pengertian
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengawasan Post Partum adalah 2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam-6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ).
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuanya adalah sebagai berikut :
1.      Menjaga kesehatan ibu dan batinya, baik fisik maupun psikologi
2.      Melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.
4.      Meberikan pelanyanan KB.
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti Post Partum Blues (PPS), depresi post partum dan post partum psikologi.

B.     Adaptasi Fisik dan Psikis Postpartum
1.      Adaptasi Fisiologis
Masa post partum dibagi tiga tahap :
a)      Periode immediate post partum/kala IV ( dalam 1 jam pertama
b)      Periode early post partum ( minggu pertama )
c)      Periode late post partum ( minggu kedua sampai keenam )
      Potensial bahaya kebih sering terjadi pada periode immediate dan early post partum yaitu resiko terjadinya syok hipovolemia dan hemorrhage.
      Pada jam-jam dan hari-hari pertama setelah melahirkan hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastis.
      Berat badan turun 7-8 kg, yaitu 5-6 kg karena lahirnya bayi, placenta dan air ketuban , 2 kg karena diuresis.

Adaptasi fisiologis terdiri dari :
1)      Tanda Vital
Suhu per oral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat Celsius. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau infeksi lainnya.
2)      Sistem Kardiovaskuler
 a. Tekanan Darah
   Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada panggul.



b. Berkeringat dan menggigil
   Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti.
Untuk mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.
c.       Komponen Perkemihan
Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yg dapat mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan yg tidak sempurna dari kandung kemih. Biasanya klien mengalami ketidakmampuan buang air kecil 2 hari pertama setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan dikeluarkan melalui diuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan, akibat dari diuresis akan mengalami penurunan BB 2,5 kg pada periode early post partum.
Hematuria pada early post partum menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu persalinan, selanjutnya dapat terjadi infeksi pada saluran perkemihan.
Asetonuria dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama.
d.      Sistem Endokrin
Estrogen, progesteron dan kadar prolaktin menurun dengan cepat. Kadar prolaktin pada yang meneteki akan meningkat  rangsangan isapan bayi. Pada ibu yg meneteki menstruasi terjadi pada minggu ke 36 post partum, sedangkan yg tdk meneteki pada minggu ke 12 post partrum.
e.       Sistem pencernaan
Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu 1 minggu. Hal ini disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan pada perineum.
f.       Sistem muskuloskeletal
Otot-otot abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum. Peregangan otot-otot pada dinding perut adalah pada muskulus rektus abdominis. Dinding perut sering lembek dan kendor. Akan kembali ±6 minggu post partum. Dengan latihan pengembalian otot-otot kekeadaan semula akan lebih cepat.
g.      Organ Reproduksi
Ø  Involusi uteri
Involusi uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung cepat.
Dalam 2 minggu kembali lagi ke rongga panggul dalam 6 minggu. 12 jam setelah melahirkan fundus uteri teraba 1 cm dibawah pusat, dalam 5-6 minggu kembali kedalam ukuran tidak hamil. Penurunan uterus tergantung dari besarnya sel bukan dari banyaknya sel
Ø  Involusio tempat menempelnya placenta
Diameter area tempat placenta ± 8-9 cm. Perdarahan ditempat tsb dapat berhenti karena tekanan pada jarinngan oleh kontraksi otot-otot uterus. Biasanya jaringan mengalami nekrosis dan lepas dalam waktu ± 6 minggu setelah melahirkan. Proses tersebut mengakibatkan tidak terjadi luka parut pada endometrium, yg dapat membatasi untuk implantasi berikutnya. Kegagalan atau kelambatan penyembuhan dari tempat menempelnya placenta disebut “sub involusi tempat menempelnya placenta” dapat menyebabkan pengeluaran lokhea terus menerus, perdarahan pervagina tanpa nyeri.
Ø  Perubahan pada vagina
Kongesti pada dinding vagina berakibat sampai beberapa hari, rugae vagina mulai kembali dalam 3 minggu( tidak kembali seperti semula ). Labia mayora dan minora tampak teregang dan tidak licin.
Ø  Perubahan pada perineum
Bila dilakukan episiotomi pemulihan lebih lambat, tanpa atau dg episiotomi perineum mengalami edema dan kelihatan agar memar pada early post partum.
Ø  Afterpains
Umumnya terjadi pada multipara atau uterus yg sangat diregangkan seperti pada kelahiran kembar, dimana tonus uterus secara umum kurang baik, terjadi kontraksi uterus yg intermiten ( mirip dengan kram saat menstruasi ). Afterpains tidak dialami oleh primipara karena tonus uterus masih baik.
2.       Adaptasi  Psikologis
Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas – Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Menjadi ortu merupakan suatu krisis dan melewati masa transisi.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.       Fungsi menjadi orang tua
2.      Respon dan dukungan dari keluarga
3.      Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4.      Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan perawat adalah :
Fase honey moon adalah fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu-ayah-anak. Hal tsb dapat dikatakan sbg psikis honey moon, dimana tidak memerlukan hal-hal yang romantis secara biologis. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hal yang baru.
Bonding attachment/ikatan kasih. Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orangtua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien postpartum akan diikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secaramenyeluruh.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah :
1.      Fase taking in
2.       Fase taking hold
3.       Fase letting go

1.      Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
·         Kekecewaan pada bayinya
·         Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
·         Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
·         Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
2.      Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain. Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eleminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan ktetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Di sini juga klien sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatn seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunju-petunjuk yang harus idiikuti tentang bagaimana mengungkapkan dan bagaiman mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Pabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan/tugas yang teleh didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat. Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman maka ibu sudah masuk dalam tahap kedua ”maternal touch”, yaitu ”total hand contact” dan akhirnya pada tahap ketiga yang disebut ”envolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.

3.      Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya. Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukkan tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah. Post partum blues
Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormon esterogen dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas
.
Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan tugasnya maka keadaan ini dapat menjadi serius yang dikenal sebagai post partum depresi.
Adaptasi psikologis ayah. Respon ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatannya selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingi selalu dekat dengan istri dan anaknya, tetapi kadang-kadang terbentur dengan peraturan RS.
Adaptasi psikologis keluarga Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi kakek/nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklan sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.
Depresi dapat berlangsung berbulan-bulan, minim setelah berakhirnya masa nifas atau 40 hari.
Selain karena faktor hormonan, faktor psikososial bisa memicu terjadinya depresi. Sebenarnya gejala depresi cukup beragam, tapi biasanya ada tiga gejala utama yang menyertai. Yaitu perasaan sedih, tidak memiliki energi, dan tidak bisa merasakan kesenangan.

Gejala lain yang dapat timbul kemudian seperti susah tidur, perasaan putus asa dan bisa mempengaruhi nafsu makan. Dengan demikian, paling tidak dapat mengandalikan emosi dalam diri. Langkah ini, setidaknya dapat mengeliminir faktor resiko terjadinya depresi. Untk cara mengaatasinya bergantung berat ringan depresi. Depresi ringan dapat diatasi tanpa pengobatan. Biasanya akan pulih sendiri setelah 5-6 minggu. Sementara depresi berat bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan anti depresan.

Psikoterapi juga menjadi langkah penting demi pemulihan depresi. Tindakan supportive dan psikiater akan membantu meringankan beban penderita. Yaitu memdengarkan segala problem dan keluhan pasien. Kemudian menganalisa persoalan dan memberikan dukungan. Dukungan pertama terutama harus diberikan suaminya. Sebab orang lain terdekat pada saat itu adalah suaminya.
Di samping itu juga bisa dilakukan cognitive behavior teraphy untuk mengubah kognitif penderita. Dengan terapi ini diharapakan semua pandangan-pandangan pasien dapat kembali seperti semula. Karena jika depersi paska persalinan ini tidak ditangani sejak dini bisa berkembang menjadi depresi berat. Repotnya untuk memulihkan bisa memakan waktu berbulan-bulan, selain itu bayi akan menjadi terlantar. Sebab perasaan tidak berdaya membuat ibu enggan memberikan ASI pada bayinya, padahal pemberian ASI saat baru lahir sangatlah penting.

Pengkajian
1.      Aktivitas/istirahat. Insomnia mungkin teramati Sirkulasi
2.      Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3.      Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (postpartum blues sering terlihat kira-kira tiga hari setelah melahirkan)
4.      Eliminasi
Diuresis di antara hari ke-2 dan ke-5
5.      Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan pada sekitar hari ke-3
6.      Nyeri/ketidaknyamanan
7.      Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi di antara hari ke-sampai ke-5 pascapartum.
8.      Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira selebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlajut sampai hari ke-2-3, berlajut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal rekumben vs ambulasi berdiri) dan kativitas (misalnya menyusui)
Payudara
Produksi kolosterum 48 jam pertama, berlajut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapanmenyusui dimulai